Headline.id
China menjadi negara pertama yang mematenkan vaksin virus corona (Covid-19) di dunia. Badan kekayaan Intelektual China dilaporkan telah mengeluarkan paten terhadap kandidat vaksin Covid-19 milik CanSino Biologics.
Vaksin Ad5-nCOV yang dikembangkan CanSino Biologics Inc bersama Academy of Military Science China ini telah memenangkan persetujuan paten dari Beijing untuk kandidat vaksin Covid-19 dan mendapatkan hak paten pada 11 Agustus.
Sebelumnya, pada Mei, perusahaan menerbitkan hasil yang menjanjikan dari uji coba keselamatan Fase I. Kemudian data yang tidak dipublikasikan dari uji coba Fase II menunjukkan vaksin menghasilkan respon kekebalan yang kuat.
Meski baru melewati uji klinis tahap II, tapi pada 25 Juni lalu, pemerintah China telah mengizinkan vaksin ini digunakan untuk kalangan terbatas bagi militer China selama setahun.
Menurut penelitian, hampir setengah dari penerima vaksin Ad5-nCoV melaporkan efek samping demam, 44 persen kelelahan, dan 39 persen merasakan sakit kepala. Secara keseluruhan, 9 persen pasien melaporkan efek samping yang cukup parah sehingga berpotensi mengganggu aktivitas.
Namun vaksin Ad5-nCOV ini sudah masuk dalam tahap akhir yakni uji klinis fase III yang uji manusianya sedang dilakukan pada beberapa negara di luar China, termasuk Arab Saudi. CanSino juga mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan Rusia, Brasil, dan Chili untuk meluncurkan uji coba Fase III di negara-negara tersebut.
Namun tak hanya CanSino yang mengeluarkan vaksin, beberapa perusahaan di berbagai belahan dunia juga mengembangkan vaksin, meski belum ada yang dipatenkan seperti China. Berikut daftar vaksin yang sedang dikembangkan dan sudah masuk Fase III atau final:
Vaksin Universitas Oxford dan AstraZeneca
Vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan University of Oxford ini didasarkan pada adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1. Vaksin ini dalam uji coba Fase II / III di Inggris dan uji coba Fase III di Brasil dan Afrika Selatan.
Proyek ini dapat memberikan vaksin darurat pada bulan Oktober. Pada bulan Juni, AstraZeneca mengatakan total kapasitas produksi adalah dua miliar vaksin. Vaksin ini nantinya akan dibanderol US$4 per dosis (Rp 58.400) kepada pemerintah. Diprediksi butuh dua dosis untuk melawan Covid-19, artinya biaya menjadi US$8 per orang (Rp 116.800).
Vaksin Sinovac Biotech asal China
Dilansir dari New York Times, perusahaan swasta China Sinovac Biotech sedang menguji vaksin yang tidak aktif yang disebut CoronaVac. Pada Juni, perusahaan ini mengumumkan bahwa uji coba Fase I / II tidak menemukan efek samping dan malah menghasilkan respons kekebalan kepada sebanyak 743 sukarelawan.
Untuk uji Fase III, Sinovac meluncurkannya di Brasil pada Juli. Perusahaan juga membangun fasilitas untuk memproduksi hingga 100 juta vaksin per tahun.
Vaksin Pfizer dan BioNTech
Pada Kamis (20/08/2020) lalu, Pfizer melaporkan data dari uji coba tahap awal dari vaksin BNT162b2 menunjukkan vaksin tersebut mengindukasi kekebalan yang serupa dan memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan data sebelumnya dari kandidat lain.
Pfizer dan BioNTech sudah berulang kali menyatakan bahwa sejak Juni telah menargetkan Oktober 2020 akan dilakukan penerapan vaksin, dan perusahaan sudah memasuki studi tahap akhir pada bulan Juli. Hal ini membuat Pfizer menjadi salah satu dari sedikit dari calon produsen vaksin secara global yang dalam pengembangan selanjutnya.
Adapun vaksin buatan Pfizer dan BioNTech akan dijual seharga US$20 (Rp 292.000) per dosis, seperti dilaporkan The Wall Street Journal. Bila butuh dua dosis per orang maka biayanya menjadi Rp 584.000.
Vaksin Johnson & Johnson
Menurut basis data uji klinis pemerintah Amerika Serikat, Johnson & Johnson akan melakukan uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19 eksperimental buatannya dengan melibatkan 60.000 relawan pada September mendatang.
Berdasarkan informasi di situs clinicaltrials.gov pada awal Agustus, uji klinis akan dilakukan di hampir 180 lokasi di seluruh AS dan negara-negara lainnya, termasuk Brasil dan Meksiko.
Juru bicara J&J menggunakan data epidemiologi untuk menentukan lokasi riset dan akan segera membuat keputusan akhir. Uji coba tahap III sepertinya akan rampung pada akhir September, dengan vaksin pertama siap digunakan pada awal 2021, katanya.
Vaksin Johnson & Johnson nantinya akan ditawarkan seharga US$10 (Rp 146.000) per dosis. Biaya per orang kemungkinan mencapai Rp 292.000.
Vaksin Wuhan Institute of Biological Products dan Sinopharm
Vaksin buatan perusahaan asal China Wuhan Institute of Biological Products dan China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) menemukan bahwa vaksin inactivated aman dan memicu respons kekebalan.
Maka dari itu, kedua perusahaan meluncurkan uji coba Tahap III pada Juli di Uni Emirat Arab. Di sana, vaksin akan diuji kepada 15 ribu orang. Mereka optimistis vaksin Covid-19 yang dikembangkan akan siap digunakan oleh publik pada akhir 2020.
Bahkan mereka sudah mematok harga vaksin ini kurang dari 1.000 yuan untuk dua kali suntikan. Nilai ini setara US$144,27 (Rp 2,1 juta) untuk dua kali suntikan.
Vaksin Moderna
Perusahaan asal Amerika Serikat, Moderna juga berencana untuk memulai uji coba tahap akhir bulan ini. Vaksin buatan Moderna menggunakan messenger RNA (mRNA) untuk memproduksi protein virus. Moderna menerbitkan hasil Tahap I yang menjanjikan pada 14 Juli. Uji coba fase III juga dilakukan pada 27 Juli. Perusahaan akan menyiapkan vaksin pada awal 2021.
Namun harga vaksin Moderna relatif tinggi. Beberapa negara membayar US$32 (Rp 467.200) hingga US$37 (Rp 540.200) per dosis untuk vaksin Covid-19 yang dibuat perusahaan AS ini. Per orang dibutuhkan biaya vaksin antara Rp 934.400 hingga Rp 1.080.400.CNBC Indonesia