Bima (Tak) Sakti! Timnas Indonesia Tersingkir dari Piala AFF 2018

Bima Sakti (Bola.com/ Vitalis Yogi/ Adreanus Titus)

Headlines.id – Timnas Indonesia secara menyakitkan gagal melangkah ke semifinal Piala AFF 2018. Hasil akhir pertandingan Filipina Vs Thailand yang digelar Rabu (21/11/2018) memupus asa tim asuhan Bima Sakti.

Sekalipun masih punya satu pertandingan sisa, Tim Merah-Putih tidak mungkin menyamai poin yang diraih Thailand serta Filipina. Melakoni tiga pertandingan Timnas Indonesia hanya meraih sekali kemenangan melawan Timor Leste (3-1).

Saat menghadapi Thailand dan Singapura, Evan Dimas dkk. menderita hasil negatif 2-4 dan 0-1. Laga melawan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, pada Minggu (25/11/2018), tak ada artinya.  Jika menang, paling banter Timnas Indonesia hanya meraih poin akhir enam di penyisihan Grup B.

Buat Bima Sakti pencapaian minimalis ini sudah hampir pasti mengakhiri kiprahnya sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Di Piala AFF 2018 ia dibebani target juara oleh PSSI.

Hujan kritik tak berhenti-henti menghampiri Bima usai Timnas Indonesia kalah 0-1 melawan Singapura. Publik sepak bola Tanah Air bukan kecewa dengan skor akhir pertandingan, tapi lebih pada penampilan Tim Garuda di lapangan yang dinilai amat buruk.

Pencinta sepak bola nasional yang disuguhi permainan sepak bola indah ala Luis Milla di ajang SEA Games 2017 dan Asian Games 2018, mendadak harus mengelus dada melihat permainan Timnas Indonesia yang berantakan cenderung tak berpola.

Baca Juga :  Hasil Kualifikasi Piala Asia 2023 Timnas Indonesia vs Nepal: Skuad Garuda Bungkam Nepal 7 Gol Tanpa Balas

Padahal materi pemain yang ada di Timnas Indonesia saat ini kurang lebih sama dengan SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Bima sendiri adalah sosok asisten Luis Milla satu setengah tahun terakhir.

“Ada harga ada barang. Luis Milla yang banderolnya mahal punya kemampuan lebih baik dibanding Bima. Hal itu terlihat di tiga laga penyisihan. Materi pemain tak jauh beda, tapi Bima tidak punya sentuhan tangan dingin seperti halnya Luis Milla,” komentar Andika Kurnia, suporter fanatik Timnas Indonesia dari Depok saat dimintai pendapatnya soal performa Timnas Indonesia di Piala AFF 2018.

“Faktanya memang Bima tak sesakti Luis Milla. PSSI kok nekat memilih pelatih minim pengalaman, menurunkan derajat Timnas Indonesia,” timpalnya dengan nada kesal.

Selain Bima Sakti yang jadi sasaran kritik, PSSI jadi bahan bully masyarakat luas. Di media sosial sempat mencuat hastag #KosongkanGBK sebagai bentuk protes suporter terhadap federasi. Edy Rahmayadi dkk. dianggap biang kehancuran Timnas Indonesia di Piala AFF 2018.

Saat Timnas Indonesia menjamu Timor Leste, jumlah penonton yang datang ke SUGBK hanya 15 ribu orang.

Keputusan PSSI menunjuk Bima Sakti menggantikan Luis Milla dianggap sebuah blunder. Bima belum pernah punya pengalaman memegang tim sebelumnya.

Usai mengantungi ijasah A AFC paling banter sang mantan kapten Timnas Indonesia ini hanya berstatus sebagai asisten pelatih di klub Persiba Balikpapan. Di musim 2016, trek rekornya merah di Tim Beruang Madu. Klub tersebut degradasi.

Baca Juga :  Hasil Kualifikasi Piala Asia 2023 Timnas Indonesia vs Kuwait: Gol Rachmat Irianto Bawa Skuad Garuda Raih Poin Penuh

Sempat menukangi Timnas Indonesia U-19 sebagai caretaker, menggantikan Indra Sjafri Tim Garuda Nusantara jeblok di laga uji coba menghadapi Jepang (1-4).

penggawa Timnas Indonesia era 1970-an dan 1980-an, Risdianto. Pria berusia 68 tahun itu tidak ingin banyak mengomentari soal permainan Timnas Indonesia yang kurang apik.

Pilar Timnas Indonesia era 1970-an dan 1980-an, Risdianto terang-terangan mengkritik gaya permainan Hansamu Yama dkk. yang saat ini ditangani oleh pelatih Bima Sakti.

Dia membandingkan perbedaan permainan saat Tim Merah Putih masih berada di bawah arahan pelatih asal Spanyol, Luis Milla.

“Berbeda dengan saat masih dipegang Milla, terutama kecepatan saat memegang bola. Saat dulu dilatih Milla, alur bolanya bergerak cepat. Tapi, kalau menyalahkan pelatihnya juga salah. Penunjukannya kenapa yang itu (Bima Sakti),” kata Risdianto.

“Mungkin pelatihnya baru, kasihan pelatihnya. Kita membebani pelatih baru untuk pertandingan sebesar ini tentu tidak tepat. Kalau saya mengomentari timnya, saya kasihan pelatihnya,” imbuh mantan pemain Persija Jakarta itu.

Risdianto mempertanyakan keputusan PSSI menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Selama ini, penunjukan itu didasari karena kontrak dengan Milla tidak berlanjut lagi dan Bima Sakti adalah asisten pelatih Milla.

Di sisi lain, Bima juga dinilai belum memiliki kapasitas yang sesuai untuk menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia. Pria berusia 42 tahun itu selama ini juga belum memiliki pengalaman menangani sebuah tim level senior.

“Dia pelatih muda dan langsung mendapat tekanan. Kesalahan ada di pihak yang menunjuk, dalam artian PSSI. Ini ada masalah sepertinya. Saya tidak mau menyalahkan individu atau tim, semua orang bisa lihat. Tapi, kesalahan ada pada PSSI,” tegas Risdianto.

Sialnya, saat ini Bima Sakti sudah terlanjur diresmikan menjadi pelatih kepala di Piala AFF. Pergantian pelatih pun sebenarnya masih bisa dilakukan di tengah turnamen sedang berlangsung.

Namun, risiko besar tentu harus dihadapi mengingat berbagai persiapan matang telah dilakukan oleh Timnas Indonesia bersama Bima Sakti. Risdianto menilai tak ada cara lain selain mempertahankan jajaran pelatih yang ada saat ini.

“Sekarang tidak ada jalan lain, jajaran pelatih harus itu karena sudah didaftarkan. Kalau berubah lagi malah jadi aneh. Mau tidak mau, harus tetap Bima Sakti. Sedangkan, Bima Sakti itu saat itu bukan melamar, melainkan ditunjuk oleh PSSI,” tandas pria kelahiran Pasuruan itu. (blc/hli)