HEADLINES.ID – Setelah salah satu influencer secara resmi mengumumkan keputusannya untuk tidak memiliki anak, akhir-akhir ini banyak perbincangan seputar topik bebas anak. Bagaimana interpretasi Islam tentang hal ini? Inilah pembenarannya.
1. Memiliki Anak atau Tidak adalah Keputusan Tuhan, Bukan Keputusan Kita
Intinya, Allah SWT. memberikan kita karunia anak atau tidaknya kita adalah kehendak Allah Ta’ala, bukan kehendak kita. Karena hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberi atau tidak memberi. Menurut Allah,
لِّلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۚ يَهَبُ لِمَن يَشَآءُ إِنَٰثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَآءُ ٱلذُّكُورَ
Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. As-Syura: 49)
2. Salah Satu Tujuan Perkawinan adalah Memiliki Anak.
Allah menciptakan hukum perkawinan dengan berbagai alasan selain hanya untuk mengakhiri hubungan biologis. Namun, pernikahan juga termasuk memiliki lebih banyak anak di masa depan. Mengenai kebolehan berhubungan badan pada malam hari di bulan Ramadhan, Allah Ta’ala berfirman,
فَالْآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ
Artinya: “Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu.” (QS. Al-Baqarah: 187).
3. Ditolak 1 Kesempatan untuk Mendapatkan Pahala setelah Meninggal Dunia.
Wajar jika kita menginginkan pahala yang terus mengalir bersama kita ke akhirat saat kematian tiba dan kita tidak lagi bisa beramal. Salah satunya dengan cara doa anak yang khusyuk. Ia mengklaim bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda melalui Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak yang shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)”
4. Kehilangan Syafaat Anak yang Sudah Meninggal
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan dalam sebuah hadits,
مَا مِنْ النَّاسِ مُسْلِمٌ يَمُوتُ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنْ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيَّاهُمْ
Artinya: “Tidaklah seorang muslim yang ditinggal wafat oleh tiga orang anaknya yang belum baligh kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam Surga karena keutamaan rahmat-Nya kepada mereka”. (HR. Bukhari, no. 1381)
5. Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tempat yang lebih tinggi di surga
Kita memiliki keinginan yang kuat untuk masuk Surga. Kenyataannya, itu menyenangkan bahkan ketika kita menerima derajat yang rendah di surga. Tapi Nabi menyuruh kita mengantisipasi derajat tertinggi dari Surga. Rasulullah, semoga Allah memberkati dia, berkata,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
Artinya: “Sesungguhnya di Surga itu terdapat seratus tingkatan, Allah menyediakannya untuk para mujahid di jalan Allah, jarak antara keduanya seperti antara langit dan bumi. Karena itu, jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Firdaus, karena sungguh dia adalah Surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya ada Arsy Sang Maha Pengasih, dan darinya sumber sungai-sungai Surga.” (HR. al-Bukhari)