Politik via Medsos, Telan Korban

Ilustrasi

Headlines.id – Posting-an tentang politik di media sosial menewaskan Subaidi (40). Anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) di Sampang, Madura, Jawa Timur, itu tewas ditembak Idris (30).

Penembakan terjadi pada Rabu (21/11) pukul 13.00 WIB. Cekcok bermula saat akun Idris berkomentar di laman Facebook seseorang yang mem-posting’Siapa pendukung Jokowi yang ingin merasakan pedang ini’. Akun milik Idris memberikan komentar ‘Saya pinginmerasakan tajamnya pedang tersebut’.

Keesokan harinya, Idris didatangi oleh seseorang yang tidak terima atas komentar Idris. Kepada orang yang mendatangi itu, Idris mengatakan akun Facebook miliknya sudah tidak bisa dia kendalikan karena ponselnya sudah dijual.

Sehari kemudian, beredar video yang memperlihatkan Idris saat didatangi oleh orang tersebut. Polisi menyatakan posting-an di video itu dibumbui kalimat yang menyudutkan dan mengancam Idris.

Idris, yang tidak terima dengan video itu, kemudian menghampiri Subaidi, yang diketahui merupakan pengunggah video itu. Idris menembak Subaidi di dada kiri hingga akhirnya tewas.

Polisi menduga Idris merencanakan pembunuhan tersebut. Polisi menduga Idris melakukan persiapan, yakni membawa senjata api dan mencegat korban. Berarti ada tenggang waktu yang disiapkan pelaku.

Terkait kasus ini, timses dari kubu Joko Widodo-Ma’ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengimbau para pendukung agar tak mudah terprovokasi.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf mengajak para pendukung Jokowi-Ma’ruf mengisi masa kampanye dengan kegiatan menggembirakan, substantif, dan bersifat positif.

“Kepada para pendukung capres nomor 01, kami mengajak selalu waspada atas provokasi dan intimidasi,” ungkap Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, Johnny G Plate, lewat pesan singkat, Selasa (27/11/2018).

Hal senada disampaikan juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade. Andre berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi seluruh pihak tanpa kecuali untuk berhenti melakukan provokasi.

“Ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak bahwa harus mengakhiri dan mengurangi diksi yang menghina pribadi dan memprovokasi alias jadi ‘kompor’,” kata Andre kepada wartawan, Selasa (27/11/2018). (dtc/wrt/hli)


Ikuti Kami di Google News: HEADLINES.ID