Gempa 6,8 SR Guncang Ambon, 20 Orang Meninggal Dunia

Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/09). Foto: ANTARA/IZAAK MULYAWAN

Headlines.id – Sebanyak 20 orang meninggal dunia dan tiga lainnya luka-luka akibat gempa bermagnitudo 6,8 SR yang mengguncang Kota Ambon, Provinsi Maluku, pada 26 September 2019 pukul 06.46 WIB.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sejumlah korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Adapun korban luka telah mendapatkan perawatan di beberapa rumah sakit dan puskesmas.

BNPB mencatat ada sejumlah bangunan yang rusak, antara lain sambungan Jembatan Merah Putih, Gedung Rektorat Universitas Pattimura, serta Pasar Apung di Negeri Pelau Kabupaten Maluku Tengah.

Menurut Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). pusat gempa dengan kedalaman 10 meter itu berlokasi di darat pada jarak 42 km arah timur laut Kota Ambon. Gempa itu tidak berpotensi tsunami.

Rahmat Triyono, selaku Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, mengatakan, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi di wilayah Ambon ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan sesar mendatar (strike slip fault),” sebut Rahmat dalam keterangan tertulisnya.

Rahmat menambahkan, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.

Hingga pukul 07.45 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 10 aktivitas gempa susulan dengan magnitudo terbesar M5,6.

Berdasarkan laporan terkini yang diterima Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa menyebabkan sebuah jembatan retak dan satu bangunan di Universitas Pattimura rusak ringan.

Ronald Regang, seorang warga Ambon di kawasan Talake, mengatakan masyarakat panik sesaat setelah gempa melanda.

“Orang-orang dewasa, anak-anak, sudah melarikan diri ke Gunung Nona. Mereka mengemudikan motor, mobil, membawa harta benda,” kata Ronald.

Detik.com melaporkan warga bergegas menuju lokasi ketinggian seperti di Jalan Jenderal Sudirman, Ambon. Akibatnya terjadinya kemacetan parah di jalan tersebut. Kepanikan juga terjadi di Universitas Pattimura. Mahasiswa maupun pegawai Unpatti Ambon berlarian keluar dari gedung. Sementara di kawasan Jalan AY Patty, Kota Ambon, pertokoan maupun Ambon Plaza tutup. Saat gempa mengguncang, ungkap Ronald, masyarakat ada yang memantau kondisi di pantai.

“Jika air di laut surut jauh, kami akan langsung lari,” cetusnya.

Seperti dikutip dari BBC News Indonesia saat menghubungi Ronald, guncangan susulan terjadi di tempat dia berada.

Sementara itu, Iskandar Slamet yang tengah bekerja di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Maluku mengatakan gempa telah merusak bangunan kantor. (bbc/hli)


Ikuti Kami di Google News: HEADLINES.ID