Namanya adalah Khaidir Bujung, atau akrab di sapa Bujung, lahir di Kota Metro pada tanggal 2 Agustus 1974. Dia adalah anak dari pasangan Bapak Akhmad Syafei dan Ibu Fatimah.
Bujung tumbuh dan besar dalam keluarga religius yang memegang erat kultur NU. Karena besar dan tumbuh di lingkungan NU, Bujung menjadi begitu erat dan dekat dengan NU, kedekatan dan kecintaanya terhadap NU-lah yang membuat Bujung terpanggil untuk masuk dalam struktur kepengurusan NU Lampung.
Saat ini Bujung menjabat sebagai Wakil Ketua PWNU Lampung. Bujung ingin merawat dan menjaga NU baik secara kultur dan struktur, baginya menjaga NU juga menjaga NKRI.
Saat ini Bujung di karunia 3 orang anak laki-laki, buah pernikahannya dengan Anis Handayani, S.Ag, M.Sos. Ghulam Sattar Ahmad adalah putra pertamanya sementara putra keduanyan bernama Ghaban Fata Ahmad, dan putra ketiganya diberi nama Ghamal Nasser Ahmad.
Saat ini keluarga kecil dan bahagia ini tinggal di Perum Sumur Putri Blok B No.11 Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung.
Bujung menyelesaikan studi perguruan tinggi nya pada tahun 2000. Semasa kuliah, Bujung di kenal sebagi pribadi yang mandiri dan kritis, selain itu, Bujung juga dikenal sebagai mahasiswa yang mudah bergaul terhadap teman-temannya.
Sebagai pribadi terbuka, yang ramah, dan peduli terhadap kesenian dan kebudayaan di negeri ini. Bujung acapkali mengundang musisi jalanan untuk hadir kerumahnya hanya sekadar untuk berbincang atau bermain musik bersama mereka.
Ayah 3 orang anak ini memang mengagumi Iwan fals, Franky Sahilatua dan beberapa musisi balada asal Indonesia.
“Teringat masa-masa kuliah jikalau mendengarkan atau menyanyikan lagu lagu milik Iwan Fals” Ucap Bujung lirih, di sore yang mendung saat November akan usai.
Kini, Bujung yang dikenal ramah dan bersahaja itu maju menjadi calon anggota legislatif DPRD Provinsi Lampung dari daerah Pemilihan Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat dan Mesuji. Kalau ditanya apa motivasinya menjadi Caleg, maka dia akan menjawab: “Jika orang baik tidak terjun dalam politik, maka orang jahatlah yang akan mengisinya. Politik itu untuk mensejahterakan rakyat, bukan menyengsarakan rakyat”
Ia tidak ingin kekuasaan dipegang oleh mereka yang tidak punya niat baik, tidak ikhlas, dan bahkan dzalim, termasuk memecah belah bangsa. Gus Dur adalah sosok yang menjadi tauladan bagi Bujung dalam memilih jalan sebagai seorang politisi.
Politik kebangsaan dan kemanusian menjadi prinsip utama pergerakan politik Bujung.
Disamping itu, Bujung meyakini bahwa dengan masuk ke dalam sistem, maka akan semakin banyak hal yang bisa dilakukan untuk berbakti kepada rakyat. Menjadi wakil rakyat bagi Bujung adalah lahan pengabdian untuk melanjutkan tugas besar menjamin hak-hak sipil warga negara terpenuhi dengan baik. Wallahu’a’lam. (ndw/hli)