Termasuk RI, 3 Negara Ini Calon Terkena Resesi

Foto: Arie Pratama

Headlines.id

Pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang menyerang dunia membuat negara-negara masuk ke jurang resesi. Tidak hanya negara maju, negara-negara emerging market dengan pertumbuhan ekonomi cenderung tinggi pun masuk ke jurang resesi.

Pada umumnya, suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara tahunan atau year-on-year (YoY). Sementara jika kontraksi terjadi secara kuartalan atau quarter-to-quarter (QtQ), maka disebut mengalami resesi teknikal.

Berdasarkan data Worldometer, hingga saat ini jumlah kasus Covid-19 di dunia lebih dari 27 juta orang, dengan 883.846 orang meninggal dunia, dan 19.174.193 orang dinyatakan sembuh. Sehingga jumlah kasus aktif tercatat sebanyak 7.017.874 orang.

Virus yang berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut sudah menyerang lebih dari 200 negara dan wilayah di seluruh dunia.\

Dari total negara yang terjangkit tersebut hingga saat ini sudah 47 negara sah mengalami resesi. Maklum saja, demi meredam penyebaran virus corona, pemerintah mengorbankan sektor ekonomi, kebijakan pembatasan sosial (social distancing) hingga karantina wilayah (lockdown) diterapkan, akibatnya roda perekonomian melambat signifikan bahkan nyaris mati suri. Resesi pun tak terhindarkan.

Amerika Serikat, sang negeri Adikuasa, negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia menjadi salah satu yang mengalami kontraksi PDB terparah. Berdasarkan data pembacaan kedua, PDB kuartal II-2020 dilaporkan sebesar -31,7%, menjadi kontraksi ekonomi terparah sepanjang sejarah AS. Sementara di kuartal I-2020, PDB Negeri Paman Sam -5%, sehingga sah mengalami resesi.

Sementara negara emerging market yang termasuk dalam G20, seperti Afrika Selatan, dan Argentina juga mengalami resesi, meski kontraksi ekonominya tak separah AS.

Pekan depan, ada beberapa negara lagi yang akan melaporkan data PDB. PDB Irlandia kuartal II-2020 akan dirilis pada Senin (7/9/2020), tetapi meskipun mengalami kontraksi tetapi Irlandia masih belum akan mengalami resesi. Sebab di kuartal sebelumnya PDB Irlandia masih tumbuh 5,1% YoY.

Meski demikian, Komisi Eropa memprediksi PDB Irlandia akan berkontraksi 8,5% YoY sepanjang tahun ini, artinya hampir pasti akan mengalami resesi di tahun ini.

Selain Komisi Eropa, Moody’s yang sebelumnya memprediksi ekonomi Irlandia hanya akan berkontraksi 1,6% YoY, kini meramal kontraksi sebesar 8,5% YoY. Moody’s mengatakan meski pemerintah Irlandia mengelola perekonomian secara prudent, tetapi masih belum cukup untuk menghindarkan dari resesi.

Kemudian, Makedonia yang akan merilis data PDB juga pada hari Senin. Sama dengan Irlandia, Makedonia juga masih selamat dari resesi, sebab di kuartal I-2020 PDB masih tumbuh 0,2% YoY. Makedonia juga tidak akan lepas dari resesi di kuartal III-2020 nanti. PDB Makedonia sebelumnya diprediksi akan tumbuh 3,8% di tahun ini, tetapi kini diramal -3,5% itu pun merupakan skenario yang paling optimistik.

Selain Irlandia dan Makedonia, Indonesia juga termasuk negara calon resesi di kuartal III-2020. Waktu yang akan menjawab.

Di kuartal II-2020, PDB Indonesia mengalami kontraksi 5,32% YoY, artinya jika di kuartal ini kembali minus Indonesia sah mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak krisis moneter 1998.

Risiko resesi kian nyata setelah pemerintah DKI Jakarta terus memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga saat ini. Artinya nyaris sepanjang kuartal III-2020 atau nantinya sepanjang kuartal III akan dilalui dengan PSBB, sehingga laju pemulihan ekonomi berjalan lambat.

Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, dengan judul The Long Road to Recovery memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

“Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya,” tulis laporan Bank Dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga semakin gamblang memproyeksikan PDB Indonesia akan minus di kuartal III-2020, artinya resesi.

“Dengan bacaan dan analisa di kuartal II-2020 dan terutama aktivitas ekonomi, pemerintah Kemenkeu proyeksi di 2020 adalah minus 1,1% hingga 0,2%. Lower end dari prediksi kita, menunjukkan bahwa mungkin di kuartal III-2020 kita mungkin masih di negatif growth dan kuartal IV masih dalam zona sedikit di bawah netral.”

Sri Mulyani menyampaikan hal ini saat rapat di Badan Anggaran DPR, Rabu (2/9/2020).www.cnbcindonesia.com


Ikuti Kami di Google News: HEADLINES.ID