Headlines.id – Partai Nasional Demokrat (NasDem) menarik kartu keanggotaan partai dari Rahma Sarita. Sebelum menarik kartu keanggotaan Rahma Sarita, NasDem memanggil eks staf ahli Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat ini terlebih dulu.
“Keputusan partai, telah memanggil Ibu Rahma untuk dikonfirmasikan kepada beliau bahwa kartu anggota di tangannya tarik kembali oleh partai,” kata Ketua DPP NasDem Teuku Taufiqulhadi kepada wartawan, Jumat (18/12/2020).
Menurut Taufiqulhadi, pemanggilan Partai NasDem terhadap Rahma Sarita dilatarbelakangi unggahan ‘Pancasila versi Wakanda’.
“Yang melatarbelakangi pemanggilan itu karena unggahan tersebut,” ujarnya.
Rahma Sarita sebelumnya menjadi sorotan lantaran menggunggah ‘Pancasila versi Wakanda’ di media sosial. Akibatnya, dia langsung diberhentikan dari posisi staf ahli Wakil Ketua MPR RI.
Pemberhentian Rahma dari posisi staf tenaga ahli ini bermula dari beredarnya tangkapan layar status dan surat berkop MPR terkait pemberhentian Rahma Sarita. Surat berkop MPR itu dikonfirmasi oleh Lestari Moerdijat merupakan surat pemberhentian Rahma Sarita.
Surat pemberhentian staf tenaga ahli atas nama Rahma Sarita tertuang dalam surat nomor 033/LM/MPRRI/XII/2020, perihal Pemberhentian Tenaga Ahli Pimpinan. Surat itu ditandatangani langsung oleh Lestari Moerdijat pada 13 Desember 2020 dan ditembuskan kepada Pimpinan Fraksi Partai NasDem MPR RI periode 2019-2024.
“Terkait beredarnya surat pemberhentian staf tenaga ahli Rahma Sarita di media sosial, adalah benar bahwa surat tersebut ditujukan internal kepada Sekretariat Jenderal MPR sebagai hak anggota DPR/Pimpinan MPR untuk memilih dan mengganti alat penunjang kinerja anggota seperti staf khusus maupun staf tenaga ahli,” kata Lestari saat dikonfirmasi, Kamis (17/12).
Rahma Sarita juga langsung memberikan penjelasan soal posting-an ‘Pancasila versi Wakanda’ itu. Rahma, yang juga kader NasDem, mengaku bukan maksud menghina, melainkan hanya menyampaikan kritik.
“Maksudnya bukan penghinaan isi dari sila itu sendiri, bukan penghinaan. Isi dari sila-sila itu sebenernya adalah fakta yang terjadi. Jadi kritik sih sebenarnya. Tapi saya kira sih sebenarnya kalau bacanya lebih, lebih ini ya, nggak tendensius,” ujar Rahma Sarita saat dihubungi, Kamis (17/12).
“Semua orang tahu itu sebenernya kritikan. Bukan penghinaan sebetulnya. Nggak ada maksud menghina karena kalau menghina kan mengata-ngatain. Maksudnya kan mengkritik 5 poin yang ada di sila itu kan saya kritik oligarki kekuasaan gitu kan. Terus saya mengkritik sosial,” jelasnya.
(detikcom/hli)