Headlines.id
PT PLN (Persero) kehilangan pendapatan Rp 3 triliun per bulan akibat turunnya penjualan listrik selama terjadinya pandemi Covid-19.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menuturkan pendapatan dari penjualan listrik pada 2019 sebelum adanya pandemi Covid-19 mencapai sekitar Rp 25 triliun per bulan. Namun saat terjadinya pandemi ini, pendapatan PLN hanya sebesar Rp 22 triliun per bulan. Artinya, terjadi penurunan pendapatan Rp 3 triliun per bulan.
“Tahun lalu revenue (pendapatan) listrik per bulan sekitar Rp 25 triliun, tapi dengan Covid-19 ini, penjualan listrik hanya Rp 22 triliun. Jadi, terjadi penurunan penerimaan dari penjualan listrik per bulan Rp 3 triliun akibat Covid-19 ini,” ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Selasa (25/8/2020).
Berdasarkan laporan keuangan PLN, hingga semester I 2020 perseroan membukukan pendapatan usaha Rp 139,77 triliun, turun dibandingkan Rp 137,53 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Adapun kontribusi dari penjualan tenaga listrik pada enam bulan pertama ini mencapai Rp 135,41 triliun dibandingkan Rp 133,45 triliun pada semester I 2019.
Adapun pendapatan usaha perseroan pada 2019 mencapai Rp 285,64 triliun, naik dari Rp 272,89 triliun pada 2018. Kontribusi penjualan tenaga listrik mencapai Rp 276,06 triliun pada tahun lalu, naik dibandingkan Rp 263,48 triliun pada 2018.
Lebih lanjut Zulkifli mengatakan permintaan listrik di kala pandemi Covid-19 sempat mengalami penurunan lebih dari 10% dibandingkan dengan 2019.
“Terkait dengan kondisi demand (permintaan) listrik, kini sudah mulai meningkat. Di puncak Covid-19 mengalami penurunan lebih dari 10% dibandingkan 2019,” tuturnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, dilihat per regional, konsumsi listrik pada Juli di Jawa dan Bali memang masih minus, bahkan di Bali mencapai minus 18% secara basis tahunan (Year on Year/ YoY), meski di beberapa daerah lainnya mengalami pertumbuhan.
Di Sumatera dan Kalimantan konsumsi listrik tumbuh positif hampir 3%. Sementara Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) tumbuh 6%. Adapun konsumsi listrik pada Juli sebesar 20,19 TWh, meningkat dibandingkan Juni 19,27 TWh. Konsumsi pada Juli ini tertinggi sejak April di mana pada April konsumsi sebesar 19,39 TWh dan Mei 18,63 TWh.
Seperti diketahui, pemerintah pada awal bulan ini resmi memperpanjang program stimulus listrik sampai Desember tahun ini, di mana untuk pelanggan rumah tangga sudah terdapat dua kali perpanjangan dari rencana awal.
Pemerintah pun telah mengalokasikan tambahan subsidi listrik hingga Rp 15,39 triliun dengan total penerima manfaat mencapai 33,64 juta pelanggan sebagai bentuk penanganan dampak pandemi Covid-19 yang akan dirasakan masyarakat hingga akhir tahun ini. Tiga stimulus tersebut yaitu diskon tarif 50% dan 100%, pembebasan ketentuan rekening minimum, dan pembebasan biaya beban atau abonemen.CNBC Indonesia